IMPOR BERAS, dua kata ini dari tahun ke tahun sangat lah akrab dengan bangsa Indonesia. Sudah seharusnya kita malu, mengaku dengan bangga bahwa negara kita adalah negara Agraris, namun kenyataannya masih impor beras. Bahkan akhir-akhir ini seharusnya kita tambah malu lagi, sudah impor beras dari Vietnam, eeh….malah ada skandal, yang hingga kini ujung masalahnya ‘sengaja’ belum ketemu……….beuuuh
Salah satu sebab ketergantungan terhadap ‘Impor beras‘ tersebut adalah kurangnya jumlah produksi beras atau padi dalam negeri. Pada kasus ini, saya tidak akan menyoroti penyebab rendahnya produksi beras nasional akibat gagal panen karena hama atau cuaca (seperti yang sering ‘bapak-bapak kita’ utarakan), saya akan mengupas dari segi operasional cara budidaya padi itu sendiri. Cara budidaya padi konvensional yang sekarang pada umumnya dilakukan adalah ‘turunan’ dari Panca Usaha Tani. Produksi padi nasional peningkatannya sangat lambat dibandingkan dengan tingkat kebutuhan nasional. Silahkan lihat dan bandingkan datanya di Badan Pusat Statistik (http://bps.go.id), meskipun banyak ahli yang meragukan data tersebut karena katanya, kita belum punya data terkini hasil sensus pertanian yang valid, misalnya berapa luas sawah total sekarang secara nasional berikut sebarannya…..wadduh.
Baiklah, kita kembali ke laptop,….Lebih baik jangan ikut pusing ya mikirin validitas data BPS tadi. Kita persempit aja pusingnya,…bayangkan dan perhatikan saja lah para petani pahlawan pangan di sekitar kita berikut hamparan sawah mereka yang memang kian hari kian menyempit kalah oleh perluasan pemukiman. Cobalah sekali-sekali nge-test simpati dan empati kita, hehehe….jangan hanya tahu padi bisa berubah jadi nasi saja. Ngobrol dengan mereka tentang jumlah panen padi, harga jual padi, suka duka bercocok tanam dan mengolah sawah, sampai ke, ma’af, kesejahteraan mereka. Jawabannya saya jamin secara umum akan sama……..dan dijamin pula anda (kalo sense-nya lagi ‘in’) minimal ikut berpikir bagaimana caranya meningkatkan ‘level’ hidup mereka…
Terdapat berbagai cara untuk meningkatkan jumlah produksi padi, dan di antara sekian banyak cara tersebut, yang paling direkomendasikan oleh banyak pihak dan para ahli adalah sistem budidaya padi organik. Budidaya padi organik, berdasarkan aplikasi lapangan dapat meningkatkan produksi padi hingga dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan cara budidaya konvensional. Pencapaian tersebut memang tidak akan instan, perlu proses yang bertahap. Biasanya setelah 7 sampai 8 kali masa tanam, hasil panen padi akan signifikan dan kita akan lepas dari ketergantungan terhadap pupuk kimia buatan berganti ke pupuk organik. Saya mengutip bagian awal sebuah laporan hasil penelitian dari Akhmad Rizqul K mengenai perbandingan budidaya padi organik dengan cara konvensional, anda bisa lihat perbandingannya di sini atau di Download Area.
Dalam rangka turut mempercepat dan menyebarluaskan aplikasi budidaya padi organik ini, team HCS telah mengembangkan pula budidaya padi organik dengan Pola HCS. Beberapa pengembangan telah dilakukan team HCS dengan tujuan agar budidaya padi organik dapatmencapai produksi dan manfaat yang maksimal tanpa meninggalkan prinsip-prinsip budidaya tanaman organik.
Baiklah rekan-rekan, berikut kita akan membahas langkah demi langkah aplikasi budidaya padi organik dengan pola HCS, disajikan secara praktis dengan tujuan agar mudah dipahami dan diaplikasikan sekalipun bukan oleh seorang petani….cekedot !
A. SELEKSI ATAU PEMILIHAN BENIH
Bukan hanya dalam urusan perjodohan saja perlu memperhitungkan benih atau bibit, seleksi atau pemilihan bibit untuk budidaya padi organik pun sangat penting kita lakukan. Bisa dikatakan bahwa keberhasilan budidaya padi (cara organik maupun biasa) sangat-sangat ditentukan awalnya oleh seleksi bibit unggul.
Berikut adalah salah satu cara seleksi bibit padi yang diperkenalkan oleh team HCS. Secara prinsip, pemilihan bibit dimulai dengan pemilihan benih secara cermat dan tepat, namun mudah. Apa saja dan bagaimana caranya ? Ini dia :
1). Benih padi sebaiknya dari benih padi varietas F1.
Harap anda jangan salah paham, ini bukan balap mobil Formula-1. Varietas F1 disini artinya kelompok tanaman padi yang terbentuk dari individu-individu generasi pertama, ada juga yang menyebut sebagai VUH atau Varietas Unggul Hibrida.
2). Memilih benih padi yang memiliki berat jenis tinggi.
Cara ini sudah sejak dulu dipakai oleh orang tua kita. Biasanya secara sederhana mereka memasukkan benih ke dalam air. Benih yang terapung adalah benih yang jelek, sedangkan yang tenggelam adalah beni yang terpilih.
Ada cara yang lebih baik lagi yaitu dengan menaikkan berat jenis air sehingga pemilihan benih dapat lebih selektif. Benih yang terpilih nantinya akan memiliki berat jenis yang benar-benar tinggi dan bernas. Untuk menaikkan berat jenis air bisa dipakai garam Ammonium sulfat (ZA) atau yang lebih praktis memakai garam dapur saja yang gampang diperoleh dan murah. Berikut adalah urutan proses pemisahan benih memakai larutan garam :
- Masukkan air ke dalam ember sejumlah kurang lebih 8 liter
- Masukkan satu butir telur ayam (mentah). Ini nantinya untuk mengukur jumlah garam yang harus dimasukkan
- Masukkan garam dapur sedikit demi sedikit sambil diaduk agar larut. Hati-hati, telurnya jangan sampai pecah
- Hentikan penambahan garam apabila telur sudah terapung.
- Ambil telurnya dan kemudian masukkan benih padi yang akan diseleksi ke dalam larutan garam tadi
- Aduk-aduk sebentar, kemudian diamkan
- Setelah stabil dan tidak ada lagi kemungkinan benih yang terapung, baru lakukan pemisahan. Buang semua benih yang terapung
- Benih yang tenggelam kemudian diambil dan dibersihkan dengan air biasa agar tidak mengandung garam lagi (cobain apakah masih asin atau tidak…hehe). Setelah bersih kemudian ditiriskan
3) Perendaman dengn PHEFOC dan SOT HCS
Bertujuan agar nantinya benih lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta dapat tumbuh dengan baik.
- Buatlah larutan yang mengandung PHEFOC dengan dosis : 1 tutup botol PHEFOC dilarutkan ke dalam 5 liter air (1 : 5). Jumlah larutan yang disiapkan sesuaikan saja dengan kebutuhan
- Masukkan benih yang sudah ditiriskan tadi ke dalam larutan, dan biarkan selama 15 menit
- Angkat benih dan tiriskan
- Kemudian masukkan benih tersebut ke dalam air yang mengandung SOT. Dosis SOT adalah 1 : 1, artinya 1 tutup botol SOT dilarutkan dalam 1 liter air. Biarkan benih terendam selama 24 jam
- Benih kemudian ditiriskan kembali. Setelah ditiriskan, peram benih (dihamparkan) di atas daun atau koran selama 24 jam. Hal ini bertujuan agar benih dapat tumbuh dengan sempurna dan seragam. Benih yang baik untuk disemai adalah ketika pada benih sudah terdapat bintik pada embrio namun belum tumbuh akar
Berdasarkan beberapa aplikasi lapangan, kebutuhan benih dengan pola organik HCS ini adalah 7-10 kg/Ha, bandingkan dengan cara konvensional yang biasanya butuh 15-20 kg/Ha
B. CARA PERSEMAIAN BENIH PADI ORGANIK POLA HCS
Berikut adalah prosedur persiapan dan pengolahan media untuk menyemaikan benih padi organik dengan pola HCS :
1) Mempersiapkan bedengan
Mulai mengolah lahan untuk persemaian dengan membuat bedengan. Bedengan tersebut kemudian disemprot larutan SOT memakai dosis : 4 – 8 tutup botol SOT dilarutkan dalam 15 liter air. Pastikan bahwa bedengan pada kondisi kering dan tidak tergenang air
2) Memagari atau menutup sekeliling bedengan dengan plastik atau anyaman bambu
3) Tebarkan benih secara merata dan biarkan selama 14 hari
4) Cabut benih dan ikat, kemudian masukkan ke dalam larutan SOT dalam bak atau genangan air yang sudah mengandung SOT, dan biarkan akarnya menyerap larutan SOT. Tujuannya adalah agar benih padi tidak mengalami stress dan pada saat mulai ditanam dapat langsung tumbuh hidup
C. PENGOLAHAN LAHAN UNTUK MENANAM PADI ORGANIK
- Bila sawah bekas panen banyak terdapat jerami, jangan dibuang atau dibakar. Ratakan jerami tersebut dan bila perlu semprot dengan probiotik agar cepat hancur. Baru kemudian sawah kita olah
- Bajak/sambut sawah seperti yang biasa dilakukan, kemudian semprot dengan menggunakan PHEFOC dengan dosis : 8 tutup botol PHEFOC dilarutkan dalam 14 liter air. Kemudian genangi sawah dengan air selama 14 hari
- Sebelum dibajak/digaru (untuk pengolahan tanah step terakhir) taburkan BOKASHI HCSsecara merata ke seluruh permukaan sawah dengan aturan : 8 kwintal Bokashi HCS/Ha. Namun dosis sebaiknya menjadi 2 ton/Ha bila menggunakan Bokashi non-HCS
- Sehari sebelum penanaman benih, lahan sawah disiram dengan SOT (dosis 8 tutup SOT dalam 15 liter air). Untuk memperlancar sirkulasi air, buatlah saluran air dengan jarak 3 meter di tepi kanan dan kiri dengan kedalaman 20-30 cm
D. PROSES PENANAMAN PADI ORGANIK POLA HCS
- Padi ditanam dengan cara akar semai dibenamkan ke dalam tanah sampai kedalaman 2-3 cm dengan posisi akar horizontal seperti huruf ‘L’, hal ini bertujuan untuk memperbanyak peranakan, mempercepat pertumbuhan dan perkembangan akar.
- Sistem penanaman yang disarankan adalah dengan sistem Jajar Legowo dengan rumus :3 : 1 (25_25_25_40)cm ; 4 : 1 (25_25_25_25_40)cm ; 5 : 1 (25_25_25_25_25_40)cm. Sistem tanam seperti menjaga persaingan mendapatkan energi dari sinar matahari, oksigen dan nutrisi dari tanah. Contoh gambar :
E. CARA PEMUPUKAN
- Pupuk utama yang digunakan adalah pupuk yang tersedia secara lokal, seperti kompos jerami, pupuk kandang, atau pupuk organik bokashi.
- Penggunaan pupuk anorganik seperti Urea dan NPK dilakukan seperti biasa, namun untuk masa tanam pertama dikurangi 70 % (yang dipakai hanya 30 %) dari dosis standar pemakaian biasa. Pada masa tanam ke-dua dikurangi 80 %. Masa tanam ke-tiga sampai masa tanam ke-enam dikurangi hingga 90 %. Biasanya pada masa tanam ke-tujuh jika kondisi tanah sudah normal, pemakaian pupuk anorganik sudah bisa ditinggalkan atau tidak dipakai lagi.
- Penggunaan SOT atau Suplemen Organik Tanaman diaplikasikan melalui penyiraman lahan dan disemprotkan dengan aturan sebagai berikut :
- Menggunakan dosis 3-4 tutup botol SOT yang dilarutkan dalam 14 liter air. Penyemprotan pertama dilakukan ketika tanaman sudah berumur 5 hari sejak ditanam dan dilakukan 3 kali penyemprotan dengan jangka waktu setiap 15 hari sekali
- Waktu untuk penyemprotan dilakukan pada sore hari setelah pukul 16.00 WIB atau pagi hari sebelum pukul 07.00 WIB
- Agar effektif, arahkan semprotan pada sisi bawah daun karena posisi stomata (mulut daun) berada pada sisi bawah daun
F. SISTEM PENGATURAN AIR TANAMAN PADI ORGANIK
Menurut para ahli, padi bukanlah termasuk tanaman air, tetapi tanaman yang dapat bertahan hidup dalam kondisi tergenang air. Agar padi dapat hidup dalam ekosistem basah, padi memerlukan energi yang cukup besar untuk membentuk kantung udara (namanya : jaringan aerenchym)
Berdasarkan hasil penelitian, perkembangan dan pertumbuhan akar padi akan terhambat dengan kondisi air tergenang. Selama periode tersebut, sekitar 70 % akar tanaman mengalami degradasi dan kematian. Perkembangan dan pertumbuhan padi paling baik adalah dalam kondisi tanah lembab selama fase vegetatif. Untuk referensi, coba anda lihat skema fase pertumbuhan padi sebagai berikut :
Pengaturan komposisi udara dalam tanah melalui pemberian air, lembab dan basah secara bergantian, akan meningkatkan keaneka-ragaman biota tanah yang berperan mendukung pertumbuhan dan perkembangan padi. Kandungan air dalam tanah sebesar 30 % sudah cukup ideal untuk maksud tersebut, dan untuk mencapainya perlu pengaturan sebagai berikut :
- Pada fase vegetatif, kondisi tanah sawah dipertahankan pada kondisi lembab
- Menginjak umur 1-8 hari setelah tanam (hst), keadaan tanah sebaiknya lembab agar kandungan udara dalam tanah tetap baik
- Menjelang hari ke 9-10 setelah tanam, sawah digenangi air dengan ketinggian 2-3 cm
- Umur 19-20 hst, pemberian air dilakukan untuk tetap mempertahankan kelembaban. Kemudian biarkan tanah sampai retak-retak (bukan retak karena terlalu kering-tanaman tetap segar) untuk merangsang pertumbuhan akar
- Pada awal fase Pembungaan (Generatif), lakukan penggenangan air sekitar 1-2 cm hingga padi memasuki masa susu (sekitar 25 hari sebelum panen)
- Lakukan pengeringan lahan hingga masa panen
G. PENGENDALIAN HAMA TANAMAN PADI ORGANIK POLA HCS
Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya serangan hama padi, dapat digunakan PHEFOC HCS sebagai Pengendali Hama Organik yang berfungsi sebagai Pestisida, Herbisida dan Fungisida. Aplikasi memakai PHEFOC sebaiknya dilakukan seminggu setelah penyemprotan SOT (Suplemen Organik Tanaman)
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, produksi padi organik pada tahun pertama aplikasi, hasilnya sudah lebih besar dari biasa namun belum begitu besar. Namun seiring makin membaiknya kondisi dan struktur tanah dengan pengolahan pola organik ini, pada tahun-tahun berikutnya produksi bisa meningkat 40 – 100 %. Salah satu faktor kenaikan tersebut karena adanya peningkatan pertumbuhan jumlah anakan bibit padi sekitar 30-90 anakan per rumpundengan jumlah malai mencapai 40-60/rumpun.
0 komentar:
Posting Komentar